Dikeroyok Empat Orang
Mendengar kabar tersebut kami pamit ke pembantunya dan meninggalkan sedikit oleh-oleh. Istri saya mengusulkan agar kami menuju rumah kami di daerah Kelapa Dua Wetan, sekalian menengok dan sholat ashar. Saya setuju dan kemudian mobil melaju. Kami keluar perumahan Bukit Permai lewat pintu selatan, lalu belok kiri, ke arah Ciracas.
Belum genap jarak lima ratus meter, jalanan mulai macet, jalanan mengantri, baik mobil maupun motor. “Jakarta seperti sedia kala”, pikir saya. Kecepatan mobil pun hanya 5 km per jam. Sangat-sangat lambat. Tetiba teredengar bunyi “draaaaaaaak”. Istri dan anak berteriak,”Aaaaaaaaaaaaaa……” kencang sekali. Saya kaget dan panik. Mobil saya di tabrak dari belakang. Rasa marah dan panik bercampur aduk. Saya buka pintu mobil dengan cepat. Ternyata ada motor bebek Yamaha 4 tak berboncengan lewat dan terpental. Pintu mobil saya ikut penyok karena hantaman motor.
Reflek saya langsung membangunkan motor yang jatuh dan dua orangnya. Pengendara lain berteriak,”Minggir dulu Pak”. Saya pun meminggirkan mobil, motor, dan penabrak mobil. Penabrak tersebut menggunakan Suzuki APV berawarna hitam, sedangkan mobil saya hanya Honda Brio yang lebih kecil dibandingkan penabrak.
Akhirnya saya dan penabrak bicara. Negoisasi dan mencari solusi kerusakan mobil yang saya alami. Setuju. Disepakati untuk ke bengkel mobil rekanan saya. Kami pun berjalan beriringan menuju Jalan Raya Bogor.
Lima ratus meter berjalan, si penabrak menyalip mobil saya, katakan kalau “yang bawa duit” mau datang. Saya bilang oke. Kita tunggu. Setelah ini kami menepi ke pinggir jalan. Lalu mobil Avanza warna hitam datang. Membawa tiga orang, satu laki-laki dan dua perempuan. Perempuan sekita berumur 50-60an turun dari mobil dengan gagah marah-marah. Saya dimarah-marahi padahal saya dalam posisi sebagai korban.
Belum selesai perempuan paruh baya itu memarahi, laki-laki paruh baya yang mengaku sebagai om juga ikut marah-marah. Mereka bilang saya penipu dan mau duitin anaknya. Padahal saya hanya meminta pihak bengkel yang menilai estimasi kerugian. Istri saya pun ikut dimarahi oleh laki-laki itu. Saya langsung naik pitam. Kalau marah-marah ke saya, saya akan biasa-biasa saja. Kalau anak istri saya dimarahi, darah saya langsung naik, ingin saya hajar mukanya.

Komentar
Posting Komentar